Apa Saja Kesalahpahaman Populer Tentang Teologi Reformed?

Posted on 14/08/2022 | In QnA | Ditulis oleh Pdt. Yakub Tri Handoko | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/08/Apa-Saja-Kesalahpahaman-Populer-Tentang-Teologi-Reformed.jpg Apa Saja Kesalahpahaman Populer Tentang Teologi Reformed?

Istilah “Reformed” pasti tidak asing di telinga banyak orang Kristen di Indonesia. Banyak gereja menjadikan Teologi Reformed sebagai landasan doktrinal mereka. Orang-orang Kristen di luar lingkaran Reformed juga sudah banyak yang pernah mendengar kata “Reformed.”

Walaupun demikian, popularitas istilah tidak selalu identik dengan popularitas konsep di dalamnya. Sebagian orang yang pernah mendengar istilah ini belum tentu pernah mengetahui teologi ini. Sebagian yang sudah mengetahui belum tentu memahaminya dengan benar. Tidak heran ada beragam kesalahpahaman populer tentang teologi ini.

Apa saja kesalahpahaman paling populer tentang Teologi Reformed?

Pertama, teologi Reformed hanya diwakili oleh tokoh atau denominasi tertentu. Tradisi Reformed sangat kaya dan beragam. Dari sisi denominasi, misalnya, beberapa gereja Baptis yang menekankan baptisan selam untuk dewasa telah menganut teologi Reformed, padahal dalam tradisi Reformed dipraktekkan baptisan percik untuk anak (maupun dewasa). Dari sisi pemerintahan gereja juga ada keragaman antara presbiterian (mayoritas) dan kongregasional (minoritas).

Faktor lain yang turut menyebabkan keragaman dalam lingkaran Reformed adalah usia tradisi ini yang sudah berabad-abad. Perkembangan yang panjang selalu menghadirkan perubahan. Tantangan yang unik di setiap abad dan tempat juga menimbulkan penekanan dan keunikan tertentu. Beberapa lembaga kebersamaan antar gereja Reformed di dunia bahkan memiliki pandangan yang beragam (bahkan bertabrakan) tentang beberapa hal.

Kedua, teologi Reformed menekankan predestinasi. Bagi banyak orang istilah predestinasi dianggap identik dengan Reformed. Pemahaman ini jelas keliru. Yang mengajarkan predestinasi bukan hanya John Calvin, tetapi juga Martin Luther. Jadi predestinasi tidak khas Reformed (paling tidak pada masa awal kemunculan tradisi ini).

Dalam tulisan Calvin yang terkenal – yaitu Institutes of the Christian Religion – pembahasan tentang predestinasi tidak muncul di edisi-edisi awal. Baru di edisi berikutnya topik ini dibahas, tetapi itupun tidak langsung secara panjang lebar atau diletakkan di depan. Fenomena ini menyiratkan bahwa predestinasi bukan landasan atau ciri utama Reformed.

Ketiga, teologi Reformed menekankan ketetapan kekal Allah atas dosa. Ketetapan Allah yang mutlak (all inclusive) seringkali dipandang sebagai ciri khas Reformed. Tidak heran, perdebatan seringkali muncul berkaitan dengan isu dosa.

Walaupun ketetapan Allah atas segala sesuatu (termasuk dosa) diajarkan dalam tradisi Reformed, tetapi hal itu tidak ditekankan dalam teologi Reformed. Pengakuan Iman Westminster III.1-2 bahkan memberikan penjelasan tambahan untuk menghindari kesalahpahaman seolah-olah Allah adalah pencipta/penyebab dosa atau Allah menghilangkan kehendak bebas manusia maupun faktor-faktor ketergantungan lainnya. Jadi, apakah ketetapan Allah atas dosa diajarkan dalam teologi Reformed? Ya. Apakah doktrin ini ditekankan? Tidak.

Keempat, tradisi Reformed hanya menerima alat musik piano dan organ. Kesalahpahaman ini muncul karena salah satu gereja Reformed yang cukup populer di Indonesia menolak alat musik kontemporer (misalnya drum). Gereja-gereja lain yang menggunakannya diberi label “tidak Reformed,” bahkan disamakan dengan kharismatik.

Konsep di atas sukar untuk dibenarkan. Dalam sejarah gereja Reformed terdapat keragaman dalam ibadah, termasuk masalah alat musik yang digunakan. John Calvin sendiri melarang penggunaan segala jenis alat musik. Dia juga tidak mengizinkan lagu-lagu gubahan manusia. Yang diizinkan hanyalah teks Alkitab yang dimelodikan.

Kelima, teologi Reformed sangat sempit dan ofensif. Bagi banyak orang di Indonesia, kata “Reformed” seringkali sudah mengandung berbagai makna negatif di dalamnya: sombong, suka berdebat, dan sebagainya. Teologi Reformed adalah teologi yang menghakimi dan menutup diri.

Kesan negatif semacam ini lebih mewakili sebagian orang Reformed daripada teologi yang mereka percayai. Orang Reformed yang berpikiran terbuka juga banyak. Teolog Reformed yang saleh dan rendah hati juga ada. Sejarah awal tradisi Reformed bahkan menunjukkan semangat ekumenis yang diusung oleh John Calvin. Dia bukan hanya menjadi guru, konselor, dan pelindung bagi gereja-gereja Reformed saja. Aliran-aliran lain dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16 juga berhutang kepadanya.

Itulah lima kesalahpahaman populer tentang Reformed di Indonesia. Walaupun ini hanyalah sekadar kesalahpahaman, tetapi hal itu tidak berarti bahwa tidak ada apapun yang kita bisa pelajari. Tidak ada asap tanpa api. Kita perlu berbenah dalam banyak hal. Masing-masing kita yang berada dalam gerakan Reformed juga perlu menunjukkan warna yang beragam tetapi tetap dalam semangat kebersamaan. Soli Deo Gloria.

Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash
https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Pdt. Yakub Tri Handoko

Reformed Exodus Community