Apa Maksud Yesus tentang “Unta” dan “Lubang Jarum” di Markus 10:25?

Posted on 03/07/2022 | In Do You Know ? | Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio | Leave a comment

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2022/07/Apa-Maksud-Yesus-tentang-Unta-dan-Lubang-Jarum-di-Markus-10-25.jpg Apa Maksud Yesus tentang “Unta” dan “Lubang Jarum” di Markus 10:25?

Memperlunak suatu bahasa adalah salah satu kebiasaan orang timur. Tujuannya supaya orang lain tidak tersinggung. Di satu sisi, hal ini tentu saja baik, tetapi di sisi lain hal ini berbahaya karena mengaburkan makna aslinya. Inilah yang dilakukan beberapa orang Kristen dalam menafsirkan makna “unta” dan “lubang jarum” di Markus 10:25. Apa saja tafsiran mereka terhadap “unta” dan “lubang jarum”? Lalu apa makna sebenarnya?

Markus menceritakan Yesus bercakap-cakap dengan orang kaya dan saleh yang bertanya tentang perbuatan baik apa yang harus dikerjakan untuk mendapatkan kehidupan kekal (Mrk. 10:17). Yesus menjawab bahwa hanya Allah yang baik dan Ia sudah memberikan perintah dari Sepuluh Perintah Allah (ay. 18-19). Namun orang itu menjawab Yesus bahwa ia telah menuruti semuanya (ay. 20). Oleh karena itu, Kristus berfirman kepadanya untuk menjual semua kekayaannya dan mengikut Kristus (ay. 21). Namun orang itu kecewa dan pergi dengan sedih “sebab banyak hartanya” (ay. 22). Lalu Yesus berfirman kepada para murid-Nya, “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah” (ay. 23). Di ayat 25, Tuhan Yesus mengatakan, “Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Beberapa penafsir mencoba menafsirkan makna “unta” dan “lobang jarum” untuk melunakkan maknanya.

Ada yang menafsirkan “lobang jarum” merupakan bahasa metafora yang menunjuk pada pintu yang sempit di mana pintu ini merupakan jalan bebas keluar masuk yang menembus pintu gerbang kota yang lebih besar. Ketika ada orang yang naik unta mau masuk pintu gerbang kota, maka orang itu harus turun dari untanya dan masuk melalui pintu yang sempit, sedangkan ketika untanya masuk, maka unta harus menunggu sampai pintu gerbang kota dibuka, baru setelah itu unta bisa masuk (F. F. Bruce, Ucapan Yesus yang Sulit, 203. Penafsiran ini mencoba melunakkan maknanya karena kalau “lobang jarum” dimengerti sebagai pintu yang sempit, maka unta masih bisa masuk.

Ada yang menafsirkan “unta” sebagai “tali” atau “kabel.” Tafsiran ini merupakan terjemahan dari The English New Testament yang berjudul “The Book of Books” yang diterbitkan pada tahun 1938. Alasannya adalah kata Yunani untuk “unta” yaitu kamilos diterjemahkan menurut kebudayaan timur sebagai “unta,” tetapi terjemahan “tali” atau “kabel” lebih bisa diterima di dunia barat (Bruce, Ucapan Yesus yang Sulit, 204). Tafsiran ini pun melunakkan makna aslinya karena perbandingan antara tali atau kabel dengan lubang jarum adalah perbandingan setara yang sama-sama kecilnya, sehingga tidak ada signifikansi di dalam perbandingan tersebut sesuai dengan konteks perkataan Yesus.

Kalau begitu, apa maknanya? Maknanya adalah unta adalah unta dan lubang jarum tetap adalah lubang jarum. Perbandingannya sangat jelas yaitu unta yang merupakan binatang yang besar mustahil dapat masuk ke lubang jarum yang sangat kecil. Oleh karena kemustahilan ini, maka para murid-Nya bertanya, “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” (ay. 26). Lalu Yesus menjawab mereka, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah” (ay. 27). Karena orang kaya atau orang yang mempercayakan dirinya pada kekayaan sulit masuk ke dalam Kerajaan Allah atau diselamatkan dan mendapatkan kehidupan kekal, maka hanya Allah yang sanggup menyelamatkan manusia.

Apa signifikansinya bagi kita? Tidak ada satu orang pun yang diselamatkan dan mendapat kehidupan yang kekal melalui perbuatan baik. Meskipun mereka berbuat baik dengan menaati hukum Allah seperti orang kaya dan saleh di Markus 10:17-22 ini, tetapi jika mereka masih percaya atau mempercayakan seluruh hidup mereka pada kekayaan dan bukan pada Allah, Sang Pemberi Hukum, maka mereka tidak diselamatkan. Oleh karena itu, hanya Allah yang sanggup menyelamatkan umat-Nya tanpa perbuatan baik manusia (Ef. 2:8-9). Bersyukurlah atas karya Allah yang penuh anugerah ini. Amin.

https://i0.wp.com/rec.or.id/wp-content/uploads/2020/12/logo.png logo writter

Ev. Denny Teguh Sutandio

Reformed Exodus Community